Waspada Ancaman Perubahan Iklim Sudah Nyata Berikut Peringatan NASA  Musim Panas 2023 Terpanas Sepanjang Sejarah

Ilustrasi (Dok:Net)

JAKARTA (SURYA24.COM)- Perubahan iklim adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh planet kita saat ini. Salah satu manifestasinya yang sangat terasa adalah kemarau panjang. Kemarau panjang adalah periode cuaca kering yang berkepanjangan dan bisa memiliki dampak yang serius terhadap ekosistem, manusia, dan sumber daya alam. Artikel ini akan menjelaskan lebih lanjut tentang kemarau panjang dan hubungannya dengan perubahan iklim.

Apa Itu Kemarau Panjang?

Kemarau panjang adalah periode cuaca kering yang berkepanjangan, melebihi batas waktu yang diharapkan untuk musim kemarau normal. Ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Kemarau panjang dapat mempengaruhi wilayah-wilayah besar, merusak ekosistem, dan memiliki dampak serius pada kehidupan manusia.

Kemarau Panjang dan Perubahan Iklim

Peningkatan Suhu Global

Salah satu dampak utama dari perubahan iklim adalah peningkatan suhu global. Peningkatan suhu ini dapat menyebabkan penguapan air yang lebih cepat dari permukaan bumi, memperpanjang musim kemarau dan membuatnya lebih parah.

Polusi Udara

Perubahan iklim juga dapat meningkatkan tingkat polusi udara, yang dapat mengurangi curah hujan dan memperpanjang kemarau. Polutan seperti partikel PM2.5 dapat menghalangi sinar matahari, mengurangi efisiensi fotosintesis tumbuhan, dan menghambat pembentukan awan.

 

Perubahan Pola Hujan

Perubahan iklim dapat merubah pola hujan global. Ini dapat mengakibatkan daerah-daerah yang biasanya lembap menjadi semakin kering, sementara daerah yang sudah kering menjadi lebih kering lagi.

Kerusakan Ekosistem

Kemarau panjang dapat menyebabkan kerusakan ekosistem yang parah, seperti kekeringan sungai dan danau, kebakaran hutan yang meluas, dan penurunan produktivitas pertanian. Ini berdampak langsung pada kelangsungan hidup flora dan fauna, serta menyebabkan kerugian ekonomi yang besar.

Krisis Air Bersih

Salah satu dampak paling serius dari kemarau panjang adalah krisis air bersih. Dengan sumber-sumber air yang menyusut, masyarakat di wilayah yang terkena dampak kemarau panjang sering kali mengalami kesulitan dalam mendapatkan air bersih yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

Terpanas Sepanjang Sejarah

Sementara itu Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) mengkonfirmasi musim panas tahun 2023 sebagai yang terpanas sejak dimulainya pencatatan suhu global pada 1880. 

Ini dibuktikan dengan gelombang panas terik di Amerika Serikat, Eropa, Asia dan tempat lain. Menurut NASA, suhu panas yang memecahkan rekor ini disebabkan oleh pemanasan global akibat aktivitas manusia dan diperburuk oleh pola iklim berulang yang dikenal sebagai fenomena El Nino. 

Analisis NASAmenunjukkan pada bulan Agustus saja suhunya 1,2 derajat Celsius lebih hangat dibandingkan rata-rata musim panas. Sedangkan suhu gabungan pada Juli-Agustus adalah 0,23 derajat Celsius lebih hangat dibandingkan musim panas sebelumnya. 

"Lihat saja sekeliling dan Anda akan melihat apa yang terjadi, dari banjir, rekor suhu panas, hingga asap kebakaran hutan," kata Bill Neslon. administrator NASA dilansir kompas.com.

 NASA menyebut terkait dengan El Nino Ahli mengaitkan rekor panas ini sebagian dengan El Niño, yang terjadi setiap dua hingga tujuh tahun ketika angin di atas Samudera Pasifik yang biasanya bertiup ke barat sepanjang garis khatulistiwa dari Amerika Selatan menuju Asia, menghentikan rutinitasnya dan melayang ke timur dan menuju ke arah timur laut. 

"Suhu permukaan laut yang sangat tinggi yang sebagian dipicu oleh kembalinya El Nino, bertanggung jawab atas rekor kehangatan musim panas,” kata Josh Willis, ilmuwan iklim dan ahli kelautan di Jet Propulsion Laboratory NASA di California, dalam sebuah pernyataan.

 Timnya memperkirakan dampak terbesar dari pola iklim ini akan terjadi pada bulan Februari hingga April tahun depan. Namun, dikutip dari Space, Minggu (17/9/2023) mehurut NASA, pola cuaca alami seperti fenomena El Nino berkontribusi minimal terhadap perubahan iklim jika dibandingkan dengan aktivitas manusia yang mendorong pemanasan global.

El Nino khususnya diperkirakan menyebabkan kenaikan suhu sementara sekitar 0,1 derajat Celcius. Sedangkan pemanasan global yang diamati sejauh ini melebihi jumlah tersebut. Josh Willis, ilmuwan iklim dan ahli kelautan di Jet Propulsion Laboratory NASA di California bersama timnya dalam analisisnya memperingatkan aktivitas manusia telah membawa dunia melampaui zona oeprasi yang aman.

 Enam dari sembilan batasan lingkungan global, yang menilai seberapa banyak manusia telah menyimpang dari dunia pra-industri, telah dilanggar. Sedangkan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menyatakan bahwa negara-negara tidak berada pada jalur yang tepat untuk mencapai tujuan jangka panjang yang sebelumnya disepakati dalam Perjanjian Paris untuk membatasi kenaikan suhu di seluruh dunia. 

Sebagai imbasnya, gelombang panas menjadi lebih umum dan parah. Tren suhu ini diperkirakan akan terus berlanjut di tahun-tahun mendatang. Kendati demikian, tahun ini menunjukan, gelombang panas juga terjadi pada waktu yang tidak terduga.

Contohnya saja pada awal September, gelombang panas yang terjadi selama tiga hari di New York City memecahkan rekor setelah suhu melonjak 20 derajat lebih tinggi dari biasanya. 

Perubahan iklim yang terjadi ini akan menjadi lebih buruk jika kita terus mengeluarkan karbon dioksida dan gas rumah kaca lain di atmosfer. 

Sudah Nyata

Dibagian lain Presiden Joko Widodo mewanti-wanti masyarakat mengenai ancaman krisis dari perubahan iklim yang kian nyata.

"Hati-hati, ancaman perubahan iklim sudah nyata dan dirasakan semua negara di dunia," kata Jokowi dalam acara Festival LIKE di Indonesia Arena, area GBK, Senayan, Jakarta, Senin (18/9).

Jokowi mengatakan cuaca dan suhu bumi yang memanas tak hanya dialami Indonesia, melainkan berbagai negara dari seluruh penjuru dunia.

Dampak dari krisis perubahan iklim itu, kata Jokowi, telah menyebabkan krisis pangan, baik itu beras hingga gandum. Kondisi itu menyebabkan harga pangan naik, salah satunya yang terjadi di Indonesia.

 

Jokowi juga mewanti-wanti terkait kerusakan lingkungan, baik itu lahan hutan, hutan hujan tropis, hingga hutan mangrove di Indonesia.

Ia meminta agar masyarakat memberikan perhatian lebih kepada kondisi kerusakan yang terjadi di sejumlah hutan Indonesia.

Jokowi lalu meminta agar masyarakat mulai menanam pohon secara masif saat musim penghujan tiba. Khususnya penanaman pohon mangrove di daerah pesisir.

"Hati-hati. Saya titip kepada pegiat lingkungan, ketua adat, para penyuluh, agar kita giatkan kembali rehabilitasi hutan, perbaikan hutan," kata dia dilansir cnnindonesia.com.

Dalam Festival Like kali ini juga dihadiri oleh Ketua DPR RI Puan Maharani, Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan, Menko Polhukam Mahfud MD, Menko PMK Muhadjir Effendy, hingga Sekretaris Kabinet Pramono Anung.

Hujan Buatan?

Sementara itu Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebut sejumlah wilayah di Jabodetabek diguyur hujan pada Selasa (19/9) siang merupakan hasil modifikasi cuaca (TMC).

"Iya betul [ada modifikasi cuaca]" ujar Koordinator Laboratorium Pengelolaan Teknologi Modifikasi Cuaca BRIN Budi Harsoyo ketika dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (19/9).

Budi menerangkan tim modifikasi cuaca melakukan penyemaian awan atau sorti sebanyak tiga kali pada Selasa (19/9).

Sorti pertama dilakukan pada pukul 10 pagi di Jakarta Barat, Perbatasan Tangerang Selatan dan DKI, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi. Sorti kedua dilakukan di Jakarta Selatan, Tangsel, Depok, Kabupaten Bogor mulai pukul 12.55 WIB.

Kemudian, sorti ketiga dilakukan pada pukul 15.44 WIB. Semua sorti dilakukan dengan pesawat Cessna C208 EX dan menabur awan dengan CaCL2 (garam) sebanyak 1500 liter per sesi sorti.

Budi menyebut tingkat efektivitas TMC sangat bergantung dengan kematangan awan. Interval waktu antara penyemaian dengan hujan turun pun sangat bergantung dengan faktor tersebut.

"Tergantung tingkat kematangan awannya. Kalau fase pertumbuhan awannya aktif, energi konvektifnya kuat, seperti hari ini, sekitar 15-30 menit setelah disemai akan langsung turun jd hujan," tutur Budi.

Budi juga menyebut sejumlah wilayah terpantau sudah turun hujan, mulai dari Tangerang, Jakarta Utara hingga Jakarta Selatan.

"Ini di Tangerang sudah hujan, di Kemayoran juga sudah hujan, di sekitar daerah Pancoran juga tadi ada laporan hujan, dan kalau saya lihat dari data radar ini hujannya sudah cukup meluas untuk hampir seluruh wilayah Jakarta, terutama di bagian selatan dan utara, yang bagian tengah, di Jakarta Timur ini baru mulai tumbuh tapi mudah-mudahan bisa jadi hujan," terang Budi.

Menurut pantauan CNNIndonesia.com pada Selasa (19/9) siang, sejumlah wilayah di Jabodetabek, mulai dari Bogor, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, dan Jakarta Barat telah diguyur hujan.

Sebelumnya, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menyebut TMC di Jabodetabek akan dilakukan hingga Rabu (20/9) karena ada potensi pertumbuhan awan hujan.

"Hari ini 18 sampai dengan 20 [September] sedang kita TMC, karena ada potensi pertumbuhan awan hujan yang cukup di Jabodetabek," ujarnya saat kepada CNNIndonesia.com, Senin (18/9).